GreenTect’s Blog

Just another WordPress.com weblog

January 5, 2009

Filed under: Uncategorized — hijauqoe @ 1:02 am

Hai, sobat mengertilah hidup ini tak semudah yang kau harapkan
Kau harus dapat membuat hari ini lebih baik dari hari kemarin
Janganlah kau sia-siakan hidupmu hanya dengan bersenang-senang
Karena pasti di kemudian hari kau akan menyesal
Ketahuilah sobat, bahwa hidup ini suatu tantangan yang harus di hadapi
Janganlah lari menghadapi masalah dihari ini
Karena, masalah pada hari ini tidak untuk di hindari
Tapi untuk dihadapi, dan itu sebuah tantangan untukmu
Wahai sobst, janganlah bersedih jika engkau melakukan kesalahan
Tetapi cobalah untuk merubah kesalahan itu menjadi kebenaran
Dan janganlah kau bangga dengan sedikit melakukan hal baik
Tetapi cobalah untuk selalu ingin melakukan hal yang baik
Sobat, pengalaman itu guru yang paling mahal
Jangan kau mencoba melupakan pengalaman yang terburuk
Tetapi cobalah pahami pengalaman terburukmu itu
Sehingga pengalaman itu tak akan kau ulangi yang kedua kalinya

 

Kataku……

Filed under: Uncategorized — hijauqoe @ 1:00 am

Hidup ini bagai sebuah roda
Yang selalu berputar
Kadang kita ada di atas
Dan kadang berada di bawah
Jangan merasa rendah
Jika berada dibawah
Dan jangan pula tinggi
Bila berada di atas
Coba renungilah nasib ini
Apakah kau sudah melakukan hal baik
Karena hidup ini hanya sekali
Sehingga jangan salah melakukan tindakan
Jangan kecewa apa yang telah kau perbuat
Karena hal itu tak dapat kau ulangi
Maka berfikirlah sebelum kau berbuat
Karena itu dapat mengurangi kekecewaan
Cobalah melakukan sesuatu yang orang lain suka
Walaupun itu sulit kau lakukan
Jangan pernah melakukan sesuatu yang orang lain tidak suka
Karena hal itu membuat kau dibenci orang
Cobalah berfikir positif
Dalam melakukan sesuatu
Jangan berfikir negatif
Dalam melakukan sesuatu
Renungilah sesuatu yang telah kau perbuat
Agar kau dapat berbuat yang lebih baik
Dan kau tak kecewa dikemudian hari
Dan tidak menyesalinya

 

HORMONIK ( Hormon tumbuh / ZPT ) January 3, 2009

Filed under: Uncategorized — hijauqoe @ 9:42 am

PENDAHULUAN
Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses yang kompleks. Secara sederhana pertumbuhan tanaman dapat didefinisikan sebagai ” suatu proses vital yang menyebabkan suatu perubahan yang tetap pada setiap tanaman atau bagiannya dipandang dari sudut ukuran, bentuk, berat dan volumenya”. Pertumbuhan tanaman setidaknya menyangkut beberapa fase/proses diantaranya :
1. Fase pembentukan sel
2. Fase perpanjangan dan pembesaran sel
3. Fase diferensiasi sel
Semua fase atau prose pertumbuhan tanaman tentu akan dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor pertumbuhan. Beberapa faktor pertumbuahan yang cukup mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman adalah :
1. Persediaan makanan/unsur hara
Ketersediaan makanan/unsur hara dari kandungan alamiah tanah setempat atau hasil pemupukkan, sebagai salah satu bahan baku untuk pertumbuhan tanaman mutlak diperlukan .
2. Ketersediaan air.
Air merupakan syarat untuk dapat terjadinya semua kegiatan metabolisme (proses) tanaman.
3. Cahaya matahari
Cahaya matahari sangat diperlukan sebagian sumber energi untuk melakukan prose fotosintesis bagi tanaman.
4. Suhu udara
Suhu mempengaruhi kandungan air pada tubuh tanaman. Secara umum kisaran suhu untuk dapat terjadinya proses pertumbuahan antara 4§ C hingga 450 C dan suhu optimumnya antara 280 C hingga 330 C.
5. Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk proses respirasi guna menghasilkan energi untuk proses pertumbuhan.
6. Hormon pertumbuhan.
Hormon tumbuhan adalah senyawa-senyawa dalam jumlah yang kecil yang turut mengatur proses pertumbuhan.

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman tersebut, jika boleh dianalogikan/ dipersamakan secara sederhana adalah ibarat proses pembuatan roti.
1. Persediaan makanan/unsur hara ibaratnya adalah tepung terigu, gula pasir dan bumbu-bumbu lainnya sebagai bahan baku pembuatan roti.
2. Ketersediaan air ibaratnya adalah air untuk mencampur dan melarutkan semua bahan roti tadi menjadi satu.
3. Cahaya matahari dan oksigen ibaratnya adalah api sebagai sumber energi untuk dapat memasak roti tersebut hingga matang.
4. Suhu udara ibaratnya suhu yang pas dalam oven yang digunakan untuk memanggang roti sehinga roti dapat matang tapi tidak gosong.
5. Hormon pertumbuhan.
Hormon pertumbuhan ibaratnya adalah juru masak/koki yang mengatur semua proses pembuatan roti tadi.

SEJARAH PENEMUAN HORMON
Terdapatnya atau peran Zat pengatur tumbuh di tumbuhan pertama kali dikemukan oleh Charles Darwin dalam bukunya “The Power of movement in plants.” Beliau melakukan percobaan dengan rumput Canari (Phalaris canariensis) dengan memberinya sinar dari samping dan ternyata terjadi pembengkokan ke arah datangnya sinar . Bagian yang tidak mendapat sinar terjadi pertumbuhan yang lebih cepat daripada yang mendapat sinar sehingga terjadi pembengkokkan. Tetapi jika ujung kecambah dari rumput Canari dipotong akan tidak terjadi pembengkokan. Sehingga dianalisa bahwa jika ujung kecambah mendapat cahaya dari samping akan menyebabkan terjadi pemindahan “pengaruh atau sesuatu zat” dari atas ke bawah yang menyebabkan terjadinya pembengkokkan.
Boysen-jemsen (1913) melakukan penelitian dengan koleoptil Avena (kecambah dari biji rumput-rumputan) menyatakan “pemindahan pengaruh adalah pemindahan zat alami yang dihasilkan dalam koleoptil Avena. Paal (1919) menguatkan pendapat dengan menyatakan bahwa “ujung batang adalah merupakan pusat pertumbuhan

AUXIN
Kogl, melakukan penelitian dengan cara membuang ujung koleoptil dan ternyata bagian bawah menunjukkan penurunan pertumbuhan yang nyata hingga berhenti. Tetapi jika ujung koleoptil dipotong dan diletakan dalam suatu blok agar (media pertumbuhan) selama beberapa jam dan ujung koleoptil tadi dibuang kemudian blok agar tersebut diletaklan pada ujung batang/koleoptil yang dipotong tadi akan menyebabkan pertumbuahn berjalan lagi. Hal ini menunjukan bahwa terdapat zat yang diproduksi di bagian ujung dan bergerak ke bawah yang mempengaruhi pertumbuhan. Zat ini oleh Kogl dinamakan auxin dari bahasa latin yaitu Auxein yang berarti tumbuh.

GIBERELIN
giberelin pertama kali ditemukan oleh seorang ahli patologi Jepang, Kurosawa, ketika meneliti penyakit tanaamn padi yang disebut bakane. Penyakit tersebut disebabkan oleh jamur Gibberella fujikuroi, yang dikenal juga sebagai Fusarium moniliforme. Dari hasil penelitiannya didapat bahwa jamur tersebut mengeluarkan suatu substansia/zat yang sekarang dikenal dengan nama giberelin. giberelin, pertama kali zat ini diambil yaitu dari jamur Gibberella fujikuroi (Fusarium moniliforme, organisme penyebab penyakit “foolish seedling” pada padi). tanaman padi yang diserang terlihat lebih tinggi dari yang lain. Gejala ini ternyata diakibatkan karena suatu zat yang dikeluarkan oleh jamur tersebut. Tahun 1938, Yabuta dan Sumuki berhasil mendapatkan Gibberrellin dari jamur tersebut.

SITOKININ
Skoog (1955) melakukan penelitian dengan cara memisahkan jaringan empulur Nicotiana tabaccum dari unsur-unsur pembuluh dan cortex kemudian menempatkannya dalam suatau medium pertumbuhan dan hasilnya adalah tidak terjadi pembelahan sel pada jaringan empulur. Tetapi jika jaringan pembuluh ditempatkan sedemikian rupa sehingga bersinggungan dengan jaringan empulur, maka jaringan empulur akan melakukan pembelahan sel lagi. Lewat penelitian selanjutnya Skoog menamakan zat yang dapat memacu proses pembelahan sel tersebut diberikan pakan ukuran 01

MEKANISME BEKERJANYA HORMON
AUXIN
Beberapa proses bekerjanya auxin pada tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Auxin turut serta dalam reaksi molekuler. Auxin bekerja sepertinya bekerjanya koenzim dalam pertumbuhan tanaman
2. Auxin mempengaruhi enzim. Auxin bekerja sebagai zat pelindung bagi enzim dari inaktivasi. Auxin mempengaruhi DNA sehingga aktif dalam sintesis protein.
3. Auxin mempengaruhi tekanan osmotic tumbuhan. Auxin akan menaikkan tekanan osmotic tumbuhan sehingga akan menaikkan. Proses penyerapan air oleh tumbuhan.
4. Auxin akan memperpanjang/mengembangkan ukuran sel. Penjelasan secara Secara sederhana adalah bahwa auxin akan melunakkan dinding sel sehingga terjadi kenaikkan penyerapan air oleh sel yang akan berakibat sel mengembang.
5. Auxin menaikkan penyerapan H20.

GIBERELIN
giberelin bekerja pada gen dengan menyebabkan aktivasi gen-gen tertentu. Gen-gen yang diaktifkan akan membentuk enzim-enzim baru yang menyebabkan terjadinya perubahan morphogenetik (penampilan/kenampakan tanaman) .

SITOKININ
Sitokinin terutama bekerja pada proses cytokinesis (proses pembelahan sel) pada berbagai organ tanaman.

MEKANISME SEDERHANA PENGARUH HORMON/ ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) HORMONIK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN GENERATIF
Tanaman secara alamiah tanaman sudah mengandung hormon pertumbuhan seperti Auksin, giberelin dan Sitokin yang dalam tulisan ini diistilahkan dengan hormon endogen. Kebanyakan hormon endogen di tanaman berada pada jaringan meristem yaitu jaringan yang aktif tumbuh seperti ujung-ujung tunas/tajuk dan akar. Tetapi karena pola budidaya yang intensif yang disertai pengelolaan tanah yang kurang tepat maka kandungan hormon endogen tersebut menjadi rendah/kurang bagi proses pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Akibatnya sering dijumpai pertumbuhan tanamaman lambat, kerontokan bunga/ buah, ukuran umbi/buah kecil yang merupakan sebagian tanda kekurangan hormon (selain kekurangan zat lainnya seperti unsur hara). Oleh karena itu penambahan hormon dari luar (hormon eksogen) seperti produk HORMONIK yang mengandung hormon Auksin , giberelin dan Sitokinin ORGANIK (Non sintetik/kimia) mutlak diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman yang optimal.
Untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja HORMONIK (Auksin, giberelin dan Sitokinin) pada tanaman, berikut diuraikan secara global dan sederhana.
Pemberian Auksin eksogen (HORMONIK) akan meningkatkan permeabilitas dinding sel yang akan mempertinggi penyerapan unsur , diantaranya unsur N, Mg, Fe, Cu untuk membentuk chlorofil yang sangat diperlukan untuk mempertinggi fotosintesis. Dengan fotosintesis yang semakin meningkat akan dihasilkan hasil fotosintesis yang meningkat dan bersama dengan auxin akan bergerak ke akar untuk memacu pembentukan giberelin dan Sitokinin di akar yang akan membantu pembentukan dan perkembangan akar . Penambahan kandungan Auksin eksogen di akar akan meningkatkan tekanan turgor akar sehingga giberelin dan Sitokinin endogen di akar akan diangkut ke atas/ bagian tajuk tanaman.
Dengan penambahan Sitokinin dan giberelin eksogen maka terjadi peningkatan kandungan Sitokinin dan giberelin ditanaman (tajuk) dan akan meningkatkan jumlah sel (oleh hormon Sitokinin) dan ukuran sel (oleh hormon giberelin) yang bersama-sama dengan hasil fotosintat yang meningkat di awal penanaman akan mempercepat proses pertumbuhan vegetatif tanaman (termasuk pembentukan tunas-tunas baru) selain juga mengatasi kekerdilan tanaman.
Seiring dengan pertumbuhan vegetatif tanaman, hasil fotosentesis akan meningkat terus dan ditambah kandungan giberelin dan sitokinin eksogen akan meningkatkan perbandingan C/N yang menyebabkan peralihan dari masa vegetatif ke generatif dengan terbentuknya kuncup bunga/buah atau umbi. Pada saat terbentuk bunga atau buah, jika kandungan auksin rendah maka sel-sel antara tangkai bunga/buah dengan ranting/cabang akan berubah menjadi jaringan mati yaitu jaringan gabus sehingga bunga/buah mudah rontok. Dengan penambahan Auxin Eksogen akan menghambat perubahan sel-sel tersebut menjadi jaringan gabus sehingga kerontokkan dapat dicegah/dikurangi.
Di fase generatif ini penambahan Hormon Sitokinin dan giberelin eksogen akan meningkatkan kapasitas jaringan penyimpanan hasil fotosintesa yang dipanen (umbi, buah dll) yaitu sitokinin akan memperbanyak sel jaringan penyimpanan dan giberelin akan memperbesar sel jaringan penyimpanan sehingga mampu menerima hasil-hasil fotosintesa lebih banyak yang berakibat ukuran jaringan penyimpanan (buah) lebih besar (semangka, kentang, dll) atau bernas (padi, jagung dll).

Penambahan Hormon Auxin, Sitokinin dan giberelin Eksogen akan berpengaruh
terhadap :
1. akar : akan menaikkan kapasitas penyerapan air dan unsur hara
2. Daun : mempertinggi laju fotosintesis sehingga hasil fotosintesa lebih banyak
3. Ditambah dengan penambahan unsur – unsur hara dari POC NASA dan atau POP SUPER NASA yang akan mencukupi kebutuhan tanaman secara jumlah dan jenis unsur hara. Sehingga semua faktor di atas akan membuat tanaman tercukupi kebutuhannya yang akan berpengaruh pada umur produktif tanaman (umur dimana tanaman masih dapat berproduksi dengan cukup baik) dapat diperpanjang baik untuk tanaman semusim atau tahunan.
Keterangan :
– Permeabilitas : Kemampuan dinding sel untuk dilewati suatu senyawa
(biasanya bentuknya cairan )
– C/N : Perbandingan antara Carbon dan Nitrogen dimana semakin
besar perbandingan C/N maka tanaman akan terpacu menuju ke pertumbuhan generatif tanaman

PENGARUH DAN FUNGSI HORMON PADA TUMBUHAN
AUXIN
Beberapa fungsi auxin pada tumbuhan sebagai berikut :
1. Perkecambahan biji.
Auxin akan mematahkan dormansi biji (biji tidak mau berkecambah) dan akan merangsang proses perkecambahan biji. Perendaman biji/benih dengan Auxin juga akan membantu menaikkan kuantitas hasil panen.
2. Pembentukkan akar.
Auxin akan memacu proses terbentuknya akar serta pertumbuhan akar dengan lebih baik
3. Pembungaan dan pembuahan.
Auxin akan merangsang dan mempertinggi prosentase timbulnya bunga dan buah.
4. Mendorong Partenokarpi.
Parthenokarpi adalah suatu kondisi dimana tanaman berbuah tanpa fertilisasi atau penyerbukan .
5. Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.
6. Mematahkan dominansi pucuk / apikal, yaitu suatu kondisi dimana pucuk tanaman atau akar tidak mau berkembang.

GIBERELIN
Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :
1. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel..
2. Meningkatkan pembungaan.
3. Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah
4. Berperan pada pemanjangan sel.

Peran giberelin pada pemanjangan sel melalui :
A. Peningkatan kadar auxin :
– giberelin akan memacu pembentukan enzim yang melunakkan dinding sel terutama enzim proteolitik yang akan melepaskan amino triptofan (prekusor/pembentuk auksin) sehingga kadar auxin meningkat.
– giberelin merangsang pembentukkan polihidroksi asam sinamat yaitu senyawa yang menghambat kerja dari enzim IAA oksidase dimana enzim ini merupakan enzim perusak Auxin.
B. giberelin merangsang terbentuknya enzim a-amilase dimana enzim ini akanmenghidrolisis pati sehingga kadar gula dalam sel akan naik yang akan menyebabkan air lebih banyak lgi masuk ke sel sehingga sel memanjang.
5. Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus pembentukan buah dapat terjadi tanpa adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi. .

SITOKININ
Beberapa fungsi Sitokinin pada tumbuhan sebagai berikut :
1. Pembelahan sel dan pembesaran sel. Sitokinin memegang peranan penting dalam proses pembelahan dan pembesaran sel, sehingga akan memacu kecepatan pertumbuhan tanaman.
2. Pematahan Dormansi biji. Sitokinin berfungsi untuk mematahkan dormansi (tidak mau berkecambah) pada biji-bijian tanaman.
3. Pembentukkan tunas-tunas baru,turut dipacu dengan penggunaan Sitokinin.
4. Penundaan penuaan atau kerusakan pada hasil panenan sehingga lebih awet.
5. Menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam tanaman.
6. Sintesis pembentukkan protein akan meningkat dengan pemberian Sitokinin
by. Fitriaji NH

 

Perkembangan Akar

Filed under: Uncategorized — hijauqoe @ 9:41 am

Perkembangan Akar
Akar merupakan organ vegetatif utama yang memasok air, mineral dan bahan-bahan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Walaupun memiliki sumbangan yang sangat penting, seringkali, bahkan terlalu sering, akar itu tidak diperdulikan, karena akar itu tidak tampak, maka tidak dipikirkan.
Penelitian mengenai akar sangat terbatas, jika dibandingkan dengan penelitian mengenai organ tubuh tumbuhan lainnya, sebagian besar disebabkan oleh kesulitan yang ada untuk mempelajarinya. Walaupun demikian, terdapat lebih banyak kesempatan untuk merangsang pertumbuhan tanaman dengan cara mengubah lingkungan perakaran dibandingkan dengan mengubah lingkungan pucuk. Udara, air, dan kondisi mineral rizosfer (lingkungan perakaran) relatif mudah diubah melalui praktik pertanian.

Diferensiasi Jaringan pada Akar
Agak jauh dari promaristem apikal pada akar, dapat dibeda-bedakan epidermis, korteks, dan silinder vaskuler. Perisikel dapat pula diidentifikasi dekat maristem apikal. Karena tidak mungkin membedakan secara jelas antara maristem jaringan pembuluh dan maristem jaringan bukan pembuluh, maka belum jelas apakah perisikel itu berkembang dari prokambium atau dari maristem dasar. Sel-sel prokambium yang berdiferensiasi ke dalam unsur-unsur trakea segera dapat diperbedakan dari sel-sel yang akan membentuk unsur-unsur floem. Sel-sel yang disebut lebih dahulu itu membesar dan vakuolanya besar-besar, yang disebut kemudian mengalami banyak sekali pembelahan tanpa menjadi besar, sehingga menjadi amat kecil.
Tingkat pemunculan berbagai unsur trakea, dibandingkan dengan tingkat pematangan yang harus dijalani, sangat menarik. Sel-sel yang berkembang menjadi unsur-unsur metaxilem itu menjadi besar, bersama-sama dengan vakuola yang ada didalamnya, sebelun sel-sel tersebut berdiferensiasi kedalam unsur-unsur protoxilem, sedangkan tentu saja tingkat pematangan justru sebaliknya. Karena itu dimensi akhir unsur-unsur metaxilem jauh lebih besar dibandingkan dengan ukuran akhir. Hal ini terutama amat nyata pada protoxilem (Heimsch,1951).
Perkembangan ontogenik dari sistem pembuluh primer akar itu lebih sederhana dibanding dengan batang, karena diferensiasi sistem vaskuler pada batang itu berkaitan dengan perkembangan daun. Sistem pembuluh pada akar berkembang secara terpisah dari organ lateral dan prokambium berkembang secara akropetal sebagai kelanjutan tak terputus jaringan pembuluh pada bagian-bagian akar yang lebih matang. Diferensiasi dan pematangan xilem dan floem juga secara akropetal (Popham,1955) dan mengikuti proses pada prokambium. Dari penelitian yang amat cermat yang dilakukan sampai sekarang itu ternyata bahwa unsur-unsur protofloem menjadi matang lebih ke arah maristem apikal dibandingkan dengan unsur-unsur trakea yang pertama-tama. Dari sini tampaklah bahwa proses pematangan unsur protoxilem dan unsur protofloem itu juga lebih sederhana pada akar dari pada batang, dalam hal ini diferensiasi awal pada xilem yang dekat dengan promordium daun dalam dua arah. Pada umumnya diferensiasi jaringan akar dibelakang promaristem apikal dapat dirangkum sebagai berikut : pembelahan periklinal dalam korteks berhenti dekat tingkatan dengan unsur tipis menjadi matang; diluar daerah ini akar mengalami pemanjangan cepat, dan pematangan protoxilem biasanya hanya berlangsung pada saat proses pemanjangan hampir selesai; jalur caspari berkembang dalam sel-sel endodermis sebelum pematangan unsur-unsur protoxilem dan pada umumnya juga sebelum timbulnya rambut-rambut akar.

Fungsi Akar
Pertumbuhan akar yang kuat diperlukan untuk kekuatan dan pertumbuhan pucuk pada umumnya. Apabila akar mengalami kerusakan karena gangguan secara biologis, fisik, atau mekanis dan menjadi kurang berfungsi, maka pertumbuhan pucuk juga akan kurang berfungsi.
Akar melayani tanaman dalam fungsi sebagai berikut (Weaver,1926) :
1. Penyerapan
2. Penambahan (anchorage)
3. Penyimpanan
4. Transpor, dan
5. Pembiakan
Akar juga merupakan sumber utama beberapa pengatur pertumbuhan tanaman tertentu.
Penyerapan air dan mineral terutama terjadi melalui ujung akar dan bulu akar, walaupun bagian akar yang lebih tua dan lebih tebal juga menyerap sebagian. Akar yang lebih tua memainkan fungsi yang diperlukan untuk transport dan penyimpanan bahan, yang beranalogi dengan transport bahan dari dan ke daun melalui batang dan percabangan.
Penambatan bukan hanya berarti memegang tanaman itu ditempatnya. Akar sendiri perlu ditambat melawan gaya yang diberikan oleh bagian ujung yang menembus zona tanah yang padat.
Akar seringkali berfungsi sebagai organ utama untuk penyimpanan cadangan makanan, terutama untuk dikotil. Akar dikotil dilengkapi dengan korteks, empulur, atau jaringan parenkim. Akar rumput-rumputan biasanya lebih halus, dan dibandingkan dengan akar dikotil hanya memiliki sedikit kapasitas penyimpanan.

Kambium pada Akar
Pertumbuhan sekunder pada berbagai akar itu sangat berguna. Akar tunggang dan akar lateral utama pada gimnosperma dan dikotiledon berkayu biasanya mengalami penebalan sekunder kecuali ranting-rantingnya yang paling kecil. Pada akar beberapa kotiledon herba, terkadang penebalan sekunder sama sekali tidak ada, atau hanya berupa sisa (umpamanya Ranunculus) atau dapat pula berkembang dengan baik (misalnya Medicago).
Akar monokotiledon pada umumnya tidak mengalami penebalan sekunder, akan tetapi pada beberapa misalnya, Dracaena, penebalan seperti itu memang ada.
Pada akar gimnospermae dan dikotiledon yang mempunyai penebalan sekunder kambium mula-mula tampak dibagian dalam floem. Setelah sel-sel kambium ini membentuk beberapa unsur sekunder, sel-sel perisikel disisi luar gugus protoxilem mulai membelah diri, dan sel-sel dalam yang berasal dari pembelahan ini membentuk sel-sel kambium.

Inisiasi dan Pertumbuhan Akar
Panjang akar merupakan hasil perpanjangan sel-sel dibelakang maristem ujung, sedangkan pelebaran yang lebih daripada pembesaran sel-sel ujung merupakan hasil dari maristem lateral atau pembentukan kambium, yang memulai pertumbuhan sekunder dari maristem kambium. Pertumbuhan panjang dan lingkar akar umumnya beranalogi dengan pertumbuhan panjang dan lingkar pada pucuk. Walaupun demikian, percabangan lateral tidak analog, karena percabangan akar muncul dari lingkaran tepi yang jauh didalam jaringan tua atau jaringan yang berdiferensiasi, suatu morfogenesis yang jelas berbeda dari percabangan pada pucuk yang munculnya dari ujung dan asalnya dari permukaan.
Berdasarkan aktivitas enzim ATPase yang menunjukkan laju metabolik yang tinggi sebagai karakteristik maristem, dapat dialokasikan maristem subapikal sepanjang beberapa milimeter dari ujung akar.
Sel-sel baru dari maristem ujung akar mungkin dibagi ke pelebaran akar atau ke pembaruan tudung akar. Tudung akar memainkan peranan penting dalam melindungi maristem akar dari kerusakan fisik selama penerobosan tanah dan mungkin dalam menunjukkan arah penerobosan. Sel-sel tudung akar yang terkelupas juga memberikan pelumas untuk ujung yang sedang tumbuh, menjadi tambahan bahan organik tanah. Tudung akar juga menghasilkan asam absisat, suatu bahan pertumbuhan tanaman.
Maristem ujung akar berbeda dari maristem ujung pucuk, karena maristem ujung akar relatif rendah kandungan DNA, RNA, dan aktivitas mitosisnya (Milthorpe dan Moorby, 1974).

Pelebaran Akar
Maristem akar mampu melaksanakan pertumbuhan yang kontinue, tidak terbatas pada akibat pelebaran akar untuk periode yang secara potensial tidak terbatas. Pertumbuhan mungkin terjadi pada seluruh musim tumbuh atau bahkan lebih lama, yang menghasilkan penerobosan sampai 2 m per musim. Akar yang terpotong ternyata dapat tumbuh selama 40 sampai 50 minggu, tetapi hanya jika kandungan sukrosa mediumnya relatif rendah dan larutan kulturnya sering diganti (Street, 1959).

Akar lateral
Akar maristem berasal dari maristem yang terbentuk didalam lingkaran tepi beberapa sentimeter dari ujung akar. Akar rateral atau akar baru menembus endodermis dan korteks setelah pembelahan dan perpanjangan sel mendorong ujung akar baru kearah permukaan akar (Clowes,1969). Pada dikotil pembentukan akar lateral berlawanan dengan titik ujung dari bintang xilem (pola pembentukan xilem dalam irisan melintang akar).
Pembentukan akar lateral itu dikendalikan secara genetik, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Kendali genetik merupakan akibat dari 3 faktor :
1. Produksi penghambat –β pada ujung akar, yang berhubungan dengan dominansi ujung (street,1959, Clowes,1978)
2. Produksi bahan penggiat pertumbuhan pada pucuk, yang ditranspor ke pucuk (misalnya : auksin, tiamin, asam nikotimat, dan adenin).
3. Suatu keseimbangan atau interaksi antara bahan penghambat pertumbuhan dan bahan penggiat pertumbuhan. Luka atau penghilangan ujung akar menghilangkan dominansi ujung dan menggiatkan pembentukan akar lateral.
Primordium akar lateral agaknya terdapat pada banyak tumbuhan dalam urutan yang lebih kurang beraturan (Riopel,1966; Mallory et al,1970). Diketahui bahwa semakin kecil jumlah kutub protoxilem (situs potensial pembentukan akar leteral) semakin besar derajatnya dalam penataan akar-akar lateral. Rupanya jarak primordium akar lateral dalam bidang horizontal ditentukan oleh kekerabatannya dengan sistem vaskuler yang berkembang, dan tidak ada atau hanya sedikit rintangan atau saingan antara primordium-primordium yang terletak diantara kutub-kutub protoxilem yang dekat berhadapan.

Sistem Perakaran
Dalam medium perakaran yang homogen dan bebas penghalang, yang jarang atau tidak pernah ada di alam, pertumbuhan akar menghasilkan konfigurasi geometrik: suatu hemisfer, silinder, kerucut, atau kerucut terbalik, tergantung genotipnya. Konfigurasi dan komponen-komponennya pada titik tertentu pada daur hidupnya disebut sistem perakaran. Beberapa faktor ikut menentukan perbedaan karakteristik dalam arsitektur sistem perakaran, seperti kehalusan, kebiasaan percabangan, dan geotropisme. Faktor tanah juga sengat mempengaruhi pertumbuhan akar dan arsitektur sistem. Yaitu : Genotipe, Persaingan tanaman, Penghilangan daun, Atmosfer tanah, pH tanah, Suhu tanah, Kesuburan tanah, Air, Daya mekanik dan Fisik.
By. Fitriaji NH

 

Apa sich manfaat BEM ? Trus tujuan dibentuknya BEM? Buat apa?

Filed under: Uncategorized — hijauqoe @ 9:38 am

Mungkin pertanyaan diatas sering diutarakan oleh kebanyakan mahasiswa, di Fakultas Pertanian secara kususnya, dan mahasiswa UNS secara umumnya.
Mungkin benar, keadaan selama 2 tahun terakir di Fakultas Pertanian menunjukkan bahwa kemanfaatan BEM belum dapat terasakan secara nyata oleh mahasiswa mayoritas. Walaupun mahasiswa minoritas mungkin mengatakan BEM merupakan organisasi yang sangat penting dalam suatu kampus.
( kenapa saya tulis mahasiswa mayoritas dan minoritas, mungkin karena mahasiswa yang sering disebut aktivis organisasi lebih sedikit (minoritas) dari pada mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi (mayoritas) ).
Hal ini dapat dibuktikan dengan kita menanyakan secara personal pada mahasiswa.
Oleh karena itu, perlu adanya perubahan paradigma mengenai BEM. Sudah saatnya konsep BEM dirubah. Mungkin karena nama dari BEM yang menunjukkan perbedaan ( Badan Eksekutif Mahasiswa ), Eksekutif, kata yang terkesan mengeksklusifkan diri. Tetapi apakah arti sebuah nama? Nama hanya dugunakan untuk mengenal atau identitas, ya? tapi mungkin beberapa orang mengatakan nama merupakan hal yang sangat penting.
Perlu adanya perubahan konsep BEM, yang semula BEM hanya milik orang tertentu atau golongan minoritas, sekarang atau tahun ini mari kita jadikan BEM menjadi organisasi kemahasiswaan milik semua mahasiswa, baik mahasiswa mayoritas maupun minoritas.
Kemanfaatan BEM perlu ditonjolkan, karena BEM dibentuk bukan karena formalitas kampus, tetapi BEM dibentuk agar dapat mensejahterakan, menyerap aspirasinya, serta dapat membantu menyelesaikan masalah masyarakatnya, dalam hal ini mahasiswa.
Perlu diketahui, Presiden BEM dipilih oleh mahasiswa, bukan dari rapat anggota. Ini berarti mahasiswa merupakan pemegang kekuasaan tertinggi atas BEM.
Mahasiswa mempunyai peranan penting dalam maju mundurnya BEM, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal ini dapat terwujud, dengan cara adanya kerja sama dan rasa saling membutuhkan antara mahasiswa dengan BEM, antara UKK-HM satu dengan yang lainnya.
BEM bekerja untuk kemanfaatan mahasiswanya, dan mahasiswa berusaha untuk aktif dalam kegiatan BEM. Dari hubungan inilah akan terbentuk hubungan saling membutuhkan, yang akhirnya akan terwujud kehidupan kampus yang dinamis dan harmonis.
Setelah perubahan konsep BEM, Konsep pemikiran mahasiswa juga perlu diubah. Mari kita tanamkan rasa cinta terhadap organisasi kemahasiswaan. Kita perlu menghilangkan perbedaan dan rasa kecemburuan antar UKK-HM. Sudah saatnya mahasiswa bersatu untuk menciptakan kualitas dan kuantitas generasi muda yang lebih baik.
BEM hanyalah merupakan salah satu organisasi yang ada ditataran Fakultas Pertanian UNS yang perlu untuk dirubah konsep dan paradigmanya, agar mahasiswa dapat merasakan kemanfaatan dari berdirinya atau dibentuknya organisasi tersebut.
Hal lain yang perlu dicermati, bahwa segala kegiatan yang diadakan oleh organisasi kemahasiswaan, sebagian menggunakan dana milik mahasiswa secara keseluruhan. Kita tahu dana IOM, merupakan dana yang disetor mahasiswa pada awal kuliah. Oleh karena itu, marilah kita jadikan organisasi sebagai salah satu tempat untuk belajar arti pentingnya tanggung jawab, hak dan kewajiban yang kita miliki.
HIDUP MAHASISWA……….HIDUP MAHASISWA……………HIDUP MAHASISWA…….]
By. Fitriaji NH

 

AGROFORESTRY

Filed under: Uncategorized — hijauqoe @ 9:37 am

Hutan merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam tatanan lingkungan dibumi ini. Hutan memiliki banyak fungsi yang sangat penting dan berguna bagi keberlanjutan kehidupan manusia. Di Indonesia merupakan salah satu negara yang masih memiliki hutan cukup luas. Oleh karena itu, Indonesia sempat mendapatkan gelar sebagai ”Paru-paru dunia”. Selain hutan sebagai penghasil gas oksigen ( O2 ), hutan juga dapat mencegah timbulnya berbagaai macam bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, erosi, dan bahkan sebagai penahan gelombang laut yang besar. Selain itu, hutan juga sebagai tempat tinggal bagi jutaan flora dan fauna.
Tetapi, sekarang ini disaat penduduk bumi semakin bertambah, kebutuhan pangan semakin meningkat, wilayah pertanian semakin menyempit, sehingga banyak masyarakat yang mengubah hutan menjadi wilayah pertanian. Salah satunya yang terjadi di Indonesia. Mereka tidak menyadari dampak yang akan terjadi jika hutan dibabat habis dan dijadikan lahan pertanian. Berbagai dampak akan terjadi seperti, kesuburan tanah menurun, bencana alam akan meningkat, banjir, longsor, kekeringan, erosi, kepunahan flora dan fauna, bahkan perubahan iklim yang sekarang ini telah melanda bumi tercinta kita ini.
Ada beberapa konsep untuk menghindari hal diatas. Suatu sistem pertanian baru diperkenalkan, yaitu Agroforestry. Sistem pertanian ini merupakan penggabungan dari dua macam bidang yaitu pertanian dan kehutanan. Secara sederhana agroforestry adalah usaha tanaman campuran antara tumbuhan berkayu (pohon) dengan tanaman pangan/pakan ternak. Definisi yang lebih luas adalah komprehensif telah dikemukakan oleh para ilmuwan, antara lain Maydel (1969), King dan Chandler (1978), McKinnel dan Batini (1978), Sumarwoto et al. (1979), Vergara (1982) dan Nair dan Fernandes (1984). Tampaknya definisi agroforestry ini beragam tergantung pada sudut pandang si pembuat definisi dan latar belakang budaya tempat agroforestry diterapkan. Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan penting tentang agroforestry sebagai berikut :
a. Agroforestry adalah suatu system penggunaan lahan yang bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan hasil total secara lestari.
b. Pencapaian tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara mengkombinasikan tanaman berkayu (pohon) dengan tanaman pangan atau tanaman pakan ternak.
c. Usahanya dilaksanakan pada sebidang lahan yang sama, baik secara bersamaan waktunya atau secara bergantian.
d. Pelaksanaan agroforestry (management) harus disesuaikan dengan latar belakang sosial dan budaya setempat, kondisi ekonomi dan kondisi ekologi setempat.
e. Lahan yang diusahakan untuk agroforestry berada dalam satu unit management yang sama.

Jadi, agroforestri adalah suatu system penggunaan lahan yang bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan hasil total secara lestari, dengan cara mengkombinasikan tanaman pangan/pakan ternak dengan tanaman pohon pada sebidang lahan yang sama, baik secara bersamaan atau secara bergantian, dengan menggunakan praktek-praktek pengolahan yang sesuai dengan kondisi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya setempat.

Sistem agroforestri sendiri memiliki beberapa manfaat, diantaranya :
1. Manfaat bagi Lingkungan
a. Mengurangi laju aliran permukaan, pencucian zat hara tanah, dan erosi, karena adanya pohon-pohon yang menghalangi terjadinya proses-proses tersebut.
b. Perbaikan kondisi iklim makro, misalnya penurunan suhu permukaan tanah dan laju evaporasi melalui penutupan oleh tajuk pohon dan mulsa.
c. Peningkatan kadar unsure hara tanah, karena adanya serasah/humus.
d. Perbaikan struktur tanah karena adanya penambahan bahan organic yang terus menerus dari serasah yang membusuk.

2. Manfaat Sosial dan Ekonomi
Sistim agroforestry pada suatu lahan akan memberikan manfaat ekonomi yang nyata bagi petani, masyarakat dan daerah setempat. Manfaat tersebut berupa :
1) Peningkatan dan penyediaan hasil berupa kayu pertukangan, kayu bakar, pangan, pakan ternak dan pupuk hijau.
2) Mengurangi timbulnya kegagalan panen secara total, yang sering terjadi pada sistim pertanian monokultur
3) Memantapkan dan meningkatkan pendapatan petani karena adanya peningkatan dan jaminan kelestarian produksi.
4) Perbaikan standar hidup petani karena ada pekerjaan yang tetap dan pendapatan yang lebih tinggi.
5) Perbaikan nilai gizi dan tingkat kesehatan petani dan adanya peningkatan jumlah dan keaneka-ragaman hasil pangan yang diperoleh.
6) Perbaikan sikap masyarakat dalam cara bertani : melalui tempat penggunaan lahan yang tetap.
Walaupun pada umunya sistim agroforestry memberikan pengaruh positif (manfat) namun dalanm pelaksanaannya dijumpai hambatan-hambatan, baik secara ekologis/lingkungan maupun hambatan sosial dan ekonomis.
Dari beberapa uraian diatas menunjukkan bahwa sistem agroforestry dapat digunakan sebagai solusi untuk memperbaiki sestem pertanian masyarakat yang telah merusak hutan, yang digunakan sebagai tempat perlindungan bagi seluruh manusia.
By. Fitriaji NH

 

My Agriculture

Filed under: Uncategorized — hijauqoe @ 9:35 am

Pertanian? Apaan tuh! Ya inilah yang sering terucap oleh sebagian besar siswa sekolah menengah, dan bahkan jika kita bertanya sebagian besar anak kecil dapat dipastikan hampir 90 % tidak ada yang mau jadi petani. Sedangkan menurut pandangan mahasiswa secara umum fakultas pertanian merupakan suatu fakultas yang memiliki derajat yang lebih rendah dari pada fakultas-fakultas lainnya disuatu universitas. Di Universitas Sebelas Maret pernyataan tersebut juga terjadi. Kebanyakan mahasiswa memandang rendah atau hanya melihat sebelah mata fakultas pertanian. Tetapi pernyataan tersebut hanyalah pikiran dari orang-orang yang memiliki wawasan yang sempit. Padahal dijaman sekarang ini, jaman yang didalamnya lapangan pekerjaan yang mulai jarang ditemukan, jaman yang didalamnya orang-orang sulit untuk mencari pekerjaan. Sehingga sekarang ini kita tidak lagi dituntut untuk mencari pekerjaan, tetapi kita dituntut untuk membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Oleh karena itu, sekarang ini tidak hanya diperlukan ilmu pengetahuan tetapi juga kompetensi lainnya untuk dapat membuka lapangan pekerjaan atau berwirausaha.
Pertanian merupakan solusi untuk semua itu, mulai dari mata kuliah yang langsung dapat diaplikasikan dilapangan melalui praktikumnya, kemampuan soft skill yang dapat dikembangkan dan diperoleh dari lembaga-lembaga mahasiswa yang sangat kompleks dan maju difakultas pertanian. Inilah yang membedakan fakultas pertanian dengan fakultas yang lain. Disamping itu dunia pertanian sekarang ini sudah mulai merebak dimasyarakat, khususnya di daerah Surakarta. Hal ini terbukti dengan banyaknya diselenggarakan berbagai event pertanian, misalnya pameran tanaman hias, obat, dan buah. Melalui event-event seperti inilah kemampuan kewirausahaan mahasiswa pertanian dapat berkembang. Inilah terlihat pada mahasiswa agronomi 2005 dengan mendirikan Persen Nursery sebagai wadah untuk seluruh mahasiswa agronomi yang ingin berwirausaha dalam dunia tanaman hias.
Hal serupa juga terlihat dengan semangat dari seluruh mahasiswa fakultas pertanian yang ingin menjadikan fakultas pertanian UNS sebagai salah satu fakultas terfavorit dikampus UNS, dan bahkan terbaik ditataran nasional.

 

Agroforestry Solusi Peningkatan Biodiversiti

Filed under: Uncategorized — hijauqoe @ 9:34 am

A. Pendahuluan
Hutan merupakan habitat berbagai jenis organisme, dari organisme tingkat rendah hingga organisme tingkat tinggi yang hidup bersama-sama dan saling ketergantungan. Dalam ekosistem hutan, terdapat organisasi kehidupan dalam skala luas. Oleh karena itu, pelestarian hutan sama halnya dengan pelestarian kehidupan makhluk hidup.
Menurut Marsono (1991), Aktivitas biologis tanah lebih bertumpu pada lapisan tanah atas (top soil). Aktivitas biologis tersebut sekitar 80% terdapat pada top soil saja. Kenyataan-kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hutan tropika basah merupakan ekosistem yang rapuh (fragile ecosystem), karena setiap komponen tidak bisa berdiri sendiri. Disamping itu dijumpai pula fenomena lain yaitu adanya ragam yang tinggi antar lokasi atau kelompok hutan baik vegetasinya maupun tempat tumbuhnya.
Kerusakan hutan merupakan salah satu masalah yang sekarang ini sering melanda Indonesia. Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan memiliki banyak hutan, tetapi sekarang ini kerusakan hutan Indonesia sangat tinggi. Pengalihan fungsi hutan merupakan salah satu kerusakan yang terjadi di Indonesia, hutan diubah menjadi lahan pertanian, perumahan, pertokoan, industri, dan sebagainya. Berbagai pengalihan fungsi hutan tersebut menyebabkan kerusakan ekosistem hutan yang telah lama terbentuk. Pengalihan fungsi hutan tersebut menyebabkan berbagai bencana alam, seperti erosi, tanah longsor, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Selain itu, banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, tingkat biodiversitas lahan menurun, serta kepunahan flora dan fauna. Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya pengalihan fungsi hutan yang diubah menjadi lahan usaha lain.
Kerusakan hutan ini mendorong manusia untuk mencari solusi dari permasalahan ini. Oleh karena itu, munculah suatu sistem pertanian yang disebut Agroforestry. Agroforestry ini merupakan suatu sistem pertanian dengan mengkombinasikan beberapa komponen tanaman hutan dengan tanaman pertanian, dimana sistem ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi lahan, pelestarian lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Asmadi Sa’ad (2002), agroforestry memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi produksi dan fungsi konservasi. Fungsi produksi yaitu dengan adanya agroforestry dapat meningkatkan produksi pangan, pakan, bahan ternak, bahan produksi, dan ekonomi masyarakat. Sedangkan fungsi konservasi yaitu agroforestry dapat memperbaiki dan melindungi tanah.

B. Isi
Salah satu akibat dari pengalihan fungsi hutan yaitu munculnya lahan kritis. Sehingga, hal ini menjadi masalah mendasar yang dihadapi yaitu bagaimana mengubah lahan kritis tersebut menjadi produktif kembali dan bagaimana menghambat agar lahan kritis tidak semakin meluas. Penanganan masalah lahan kritis secara parsial yang telah ditempuh selama ini ternyata tidak mampu mengatasi masalah yang kompleks ini. Oleh karena itu strategi penanganan lahan kritis perlu diubah melalui pendekatan holistik dengan fokus sumberdaya berbasiskan masyarakat. Dalam hal ini, upaya peningkatan produktivitas lahan kritis hanya akan dapat berhasil apabila masyarakat dilibatkan sebagai aktor utama serta mereka memperoleh peningkatan kesejahteraan dari kegiatan rehabilitasi lahan tersebut. Diantara kegiatan rehabilitasi berdasarkan pendekatan ini adalah agroforestry.
Menurut De Foresta dan Michon (1997), agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks. Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian dimana pepohonan ditanam secara tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar. Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi misalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka, melinjo, petai, jati dan mahoni atau yang bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra. Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi (gogo), jagung, kedelai, kacang-kacangan, ubi kayu, sayur-sayuran dan rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya. Sistem agroforestri kompleks, adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan. Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah besar.
Ciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini dapat pula disebut sebagai Agroforestri (Icraf dalam Hairiah et al. 2003).
Peran sistem agroforestry dalam perbaikan dan pelestarian lingkungan, antara lain konservasi sumber daya tanah. Dalam sistem agroforestry terdapat interaksi ekologis dan ekonomis antara komponen-komponen yang berbeda. Agroforestri ditujukan untuk memaksimalkan penggunaan energi matahari, meminimalkan hilangnya unsur hara di dalam sistem, mengoptimalkan efesiensi penggunaan air dan meminimalkan run off serta erosi. Dengan demikian mempertahankan manfaat-manfaat yang dapat diberikan oleh tumbuhan berkayu tahunan (perennial) setara dengan tanaman pertanian konvensional dan juga memaksimalkan keuntungan keseluruhan yang dihasilkan dari lahan sekaligus mengkonservasi dan menjaganya.
Secara umum manfaat dari sistem pengelolaan hutan dengan model agroforestry ini adalah (Michon dan Deforestra, 1995 dalam Michon dan Deforesta, 2000) :
1. Pelestarian Sumberdaya Genetik Tanaman Hutan
Kekayan jenis dalam areal agroforestry sangat tinggi. Agroforestry yang terletak dekat hutan alam terdapat komponen jenis tumbuhan hutan yang beragam. Agroforestry di Krui Lampung dan di Maninjau Sumatera Barat terdapat 300 spesies tumbuhan. Pada agroforestry banyak ditemukan tumbuhan yang membutuhkan sinar matahari lebih banyak, seperti nangka, sukun, pulai, dan bayur.Masyarakat desa di Gn Halimun, Jawa Barat banyak memanfaatkan flora hutan untuk kepentingan bangunan, sumber pakan, obat tradisional, kayu bakar, pakan ternak, dan upacara adat sejumlah 464 jenis (Harada at al., 2001), tetapi jenis yang umum dibudidayakan di ladang dalam tiga desa didominasi oleh 20 jenis pohon utama yang bernilai ekonomis tinggi dan cepat tumbuh (Bismark, 2004). Jenis pohon yang dikembangkan di antaranya adalah Maesopsis eminii, Agathis alba, Swietenia macrophylla, Durio zibethinus, Melia azedarah, Paraserianthes falcataria, dan Peronema canescens.
2. Sumber Buah-buahan
Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan yang memiliki keragaman tanaman sekitar 300 jenis di mana 200 jenis termasuk ke dalam tanaman budidaya, dan 50 jenis di antaranya mempunyai nilai ekonomis tinggi. Agroforestry di Sumatera telah melestarikan pohon buah-buahan lebih dari 30 jenis dan di sekitar Bogor lebih 60 jenis. Jenis yang paling dominan adalah mangga, duku, langsat, nangka, manggis, dan jambu-jambuan. Selain itu melestarikan tumbuhan sayuran yang berprotein tinggi seperti melinjo, petai, dan jengkol (Michon dan Mary, 2000). Agroforestry di Sumatera dan Kalimantan merupakan tempat pengembangan pohon buah hutan yang terancam punah. Dengan demikian agroforestry tidak hanya memberikan nilai ekonomi, tetapi juga memberikan nilai pelestarian biodiversitas dan genetik, seperti kelengkeng, rambutan, dan sekitar 20 jenis mangga (Michon dan Deforesta, 1995).
3. Sumber Sayuran dan Obat-obatan
Tanaman sayuran tumbuh pada stratifikasi bawah dari agroforestry di antara tanaman pohon. Konsumsi sayuran masyarakat desa sehari-hari umumnya berasal dari agroforestry. Di Gunung Ciremai telah dibudidayakan sayuran seperti kubis dan wortel. Selain itu tanaman obat-obatan juga menjadi target penanaman di daerah agroforestry. Sebagai contoh, salah satu desa kecamatan di batas Taman Nasional Gunung Ceremai menghasilkan 28 ton jahe dan 15 ton kunir per tahun sebagai bahan rempah dan obat-obatan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, 2004).
4. Sumber Kayu
Di daerah penyangga Taman Nasional Gunung Halimun, masyarakat menanam sengon dan mahoni, dalam 1 keluarga ada yang memiliki 700 batang pohon sengon (Bismark, 2004). Agroforestry di Sumatera Barat telah membudi-dayakan 40 jenis pohon yang bernilai ekonomis (Michon dan Deforestra, 1995).
5. Habitat Satwaliar
Agroforestry yang sudah tertata dengan keanekaragaman jenis tinggi dan komposisi tajuk yang baik dapat menjadi habitat dari beberapa jenis satwa, seperti primata, beruang, dan mamalia teresterial. Peran satwa tersebut dapat sebagai penyebar biji-bijian yang membantu proses regenerasi dan peningkatan keaneka-ragaman tumbuhan. Dengan demikian, pengembangan hutan rakyat dengan sistem agroforestry memiliki manfaat sebagai rehabilitasi kawasan di daerah penyangga sekitar kawasan taman nasional sekaligus manfaat ekonomis dan ekologis untuk konservasi jenis satwa di luar dan di dalam taman nasional (Bismark, 2002).
6. Konservasi Lahan dan Air
Masalah lingkungan yang umum berkaitan dengan lahan adalah meluasnya lahan kritis dan tingginya tingkat erosi tanah. Di Sulawesi, ladang yang berkembang seluas 10.680 ha dengan topografi 8-35% akan kehilangan unsur hara akibat erosi per tahun (Tjakra Warsa dan hadi Nugroho, 2003). Sistem stratifikasi tajuk yang menyerupai hutan dari segi konservasi tanah dan air akan lebih berdampak pada pengaturan tata air dan hujan tidak langsung ke tanah yang dapat mencegah erosi permukaan. Hal ini terlihat dari komposisi jenis dan pola tanam, jenis pohon di ladang, dan hutan rakyat. Sebagai contoh peran pohon dalam peresapan air seperti Calliandra callothyrsus 56%, Parkia javanica 63,9%, dan Dalbergia latifolia 73,3% (Pudjiharta, 1990).
Manfaat lain dari adanya pohon terhadap lingkungan adalah terjadinya siklus hara yang efisien sehingga akan mendukung produktivitas lahan melalui penyuburan oleh berkembangnya mikroba tanah. Tersedianya konsentrasi bahan organik, C, dan N tanah dari serasah akan berpengaruh pada biomasa mikroba tanah, termasuk mikoriza yang aktif menyerap dan menyediakan unsur mikro P, N, Zn, Cu, dan S kepada tumbuhan inang, sehingga siklus hara pada agroforestry bersifat efisien dan tertutup (Riswan et al., 1995).

C. Penutup
Agroforestry merupakan suatu sistem pertanian buatan yang memiliki banyak manfaat bagi pelestarian lingkungan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pelestarian lingkungan ini antara lain pelestarian sumberdaya genetik tanaman hutan, sumber buah-buahan, sumber, sayuran dan obat-obatan, sumber kayu, habitat satwaliar, konservasi lahan dan air
Dengan adanya sistem agroforestry ini diharapkan kandisi lahan di Indonesia dapat diperbaiki dan dapat memberikan hasil pertanian yang berlimpah akibat dari tercukupinya unsur hara dalam tanah serta membaiknya kondisi tanah. Sehingga, sumber daya lahan dapat tetap terjaga hingga selamanya.

DAFTAR PUSTAKA

Aswandi.2008.Rehabilitasi Lahan Kritis Dengan Agroforestry. http://restoreourforest.blogspot.com/2008/07/rehabilitasi-lahan-kritis-dengan.html. diakses pada tanggal 4 Oktober 2008.
Bismark M. dan Reny Sawitri.2006. Pengembangan dan Pengelolaan Daerah Penyangga Kawasan Konservasi. http://www.dephut.go.id/files/Bismark_ reny.pdf. diakses pada tanggal 25 Oktober 2008.
Fauzi,Hamdan.2007.Reklamasi, Agroforestry dan Ekosistem Sehat. http://klipingtambang.blogspot.com/2007/05/tuntutan-warga-dikabulkan.html. diakses pada tanggal 4 Oktober 2008.
Irwanto.2008.Peningkatan Produktivitas Lahan Dengan Sistem Agroforestri. http://www.geocities.com/irwantoshut/agroforestri_irwanto.pdf. diakses pada tanggal 4 Oktober 2008.
Sa’ad,Asmadi.2002. Agroforestry Sebagai Salah Satu Alternatif Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Di Indonesia. Asmadi_jambi@yahoo.com. diakses pada tanggal 4 Oktober 2008.

 

Agroforestry, Solusi yang Menjanjikan

Filed under: Uncategorized — hijauqoe @ 9:32 am

Pendahuluan
Indonesia merupakan negara sebagai paru-paru dunia, karena wilayah Indonesia yang banyak memiliki pulau dan masih terdapat hutan yang cukup terjaga. Tetapi, eksploitasi hutan dan konversi lahan dalam skala massal saat ini telah berimbas kepada kerusakan lingkungan yang sangat parah. Kerusakan lingkungan yang menyebabkan perubahan iklim dunia, pemanasan global, bencana alam banjir, longsor, kekeringan yang datang silih berganti adalah fenomena turunan yang harus dirasakan umat manusia.
Berbagai usaha untuk memperbaiki lingkungan selalu terganjal oleh tuntutan ekonomi yang dirasa jauh lebih penting, karena menyangkut pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan. Ketidakmampuan pemerintah dalam menciptakan stabilitas ekonomi yang diiringi makin meroketnya harga-harga kebutuhan pokok masyarakat, adalah kenyataan pahit lainnya yang harus dihadapi dalam usaha pelestarian alam dan lingkungan.
Oleh karena itu, perlu adanya keseriusan untuk memperbaiki kerusakan lingkungan, agar kelestarian lingkungan dapat tercapai. Solusi yang ditawarkanpun harus dapat bersifat win-win solution, sehingga mampu mengakomodir antara kepentingan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan yang sama-sama krusialnya sehingga konsep “Hutan Lestari dan Masyarakat Sejahtera” dapat terwujud dalam arti yang sebenarnya. Salah satu solusi yang saat ini menjadi fokus pembicaraan adalah pola agroforestry (Agung Pambudi,2008) .
Agroforestry merupakan suatu sistem yang mengkombinasikan antara komponen hutan dengan komponen pertanian. Sehingga akan dihasilkan suatu bentuk pelestarian alam yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi pelakunya serta jaga dapat digunakan untuk pelestarian alam. Agroforestry merupakan ilmu baru dengan teknik lama, maksudnya bahwa sebenarnya agroforestry sudah diaplikasikan oleh masyarakat pada jaman dahulu dan sekarang tehnik ini digunakan kembali, karena dirasa sangat bermanfaat bagi alam dan masyarakat sekarang.
Agroforestri telah banyak menarik perhatian peneliti-peneliti teknis dan sosial yang mempelajari pentingnya pengetahuan dasar pengkombinasian antara pepohonan dengan tanaman tidak berkayu pada lahan yang sama, serta segala keuntungan dan kendalanya. Penyebaran ilmu agroforestry diharapkan dapat bermanfaat dalam mencegah perluasan tanah terdegradasi, melestarikan sumber daya hutan, meningkatkan mutu pertanian, serta meningkatkan kesejahteraan petani.

Isi
Manusia merupakan subjek utama dalam perkembangan jaman. Dibidang pertanian, manusia memiliki fungsi yang sangat komplek. Selain manusia dianggap sebagai perusak lingkungan, manusia juga berperang dalam perkembangan pertanian. Karena, manusia memiliki sifat untuk selalu mencari sesuatu yang lebih dalam hidupnya. Sifat inilah yang selalu mendorong manusia untuk berfikir dan berusaha mencari ataupun merubah sesuatu hal untuk mendapatkan hasil sesuai yang diinginkannya, meskipun terkadang tidak memperhatikan bahkan tidak memperdulikan dampak lingkungan yang akan terjadi. Pada areal hutan misalnya, terjadi perubahan yang signifikan, yaitu perubahan dari areal hutan yang tidak produktif menjadi areal hutan yang produktif, areal yang dapat memberikan hasil produksi maupun nilai ekonomi.
Perubahan fungsi hutan tersebut sudah terjadi sejak dahulu, yaitu dengan cara pembabatan hutan untuk dijadikan lahan pertanian secara total atau dengan cara pengkombinasikan komponen hutan dengan pertanian yang saat ini dikenal dengan istilah agroforestry. Definisi agroforestri sendiri sangat banyak, karena setiap ahli memiliki definisi sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya. Salah satu definisi agroforestry yang dikemukakan oleh Lundgren dan Raintree (1982) yaitu :
Agroforestri adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dll.)
dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada.
Sistem agroforestry ini berkembang melalui beberapa tahap, yaitu :
a) Fase Agroforestry Klasik
Pada jaman dahulu, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya manusia melakukan perburuan (hunting) dan mengumpulkan makanan (food gathering), sehingga kehidupannya selalu berpindah-pindah (nomaden). Tetapi pada suatu saat pola hidup tersebut berubah ke cara bercocok tanam dan berternak (plant and animals domestication). Sebagai bagian dari cara ini, mereka melakukan penebangan pohon, pembersihan dan pembakaran seresah dan kemudian melakukan budidaya tanaman pangan pada areal bekas hutan tersebut. Dari sinilah awal lahirnya sistem agroforestry.
b) Pra-agroforestry Modern
Pada akhir abad XIX, pembangunan hutan tanaman (pepohonan sengaja ditanam – man-made forest) menjadi tujuan utama. Agroforestri dipraktekkan sebagai sistem pengelolaan lahan. Pada tahun 1800-an mulai ditanam tanaman jati dengan diselingi tanaman pangan semusim, penanaman ini menggunakan sistem “Taungya”. Kelebihan dari sistem ini, yaitu tidak hanya menghasilkan bahan pangan, tetapi juga dapat mengurangi biaya pembangunan dan pengelolaan hutan tanaman. Di Indonesia sistem ini dikenal dengan nama tumpangsari. Sistem taungya inilah yang menurut para ahli merupakan scikal bakal agroforestry modern.
Dalam perkembangan sistem taungya selama lebih dari seratus tahun sejak diperkenalkan (periode 1856 hinga pertengahan 1970-an), hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak ada perhatian terhadap komponen pertanian, petani ataupun produk-produknya. Pada saat itu sistem taungya memang dirancang dan dilakukan melulu untuk kehutanan saja. Tidak heran bila waktu itu ada yang berpendapat, bahwa di beberapa bagian dunia, masyarakat setempat telah dieksploitasi untuk kepentingan kehutanan. Kesuksesan sistem taungya dikatakan karena adanya masyarakat yang ‘lapar tanah’ (akibat dari keterbatasan penguasaan lahan dibandingkan dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi), pengangguran dan kemiskinan (King, 1987). Dengan kata lain, keikutsertaan masyarakat dalam sistem taungya pada waktu itu lebih banyak disebabkan keadaan atau keterpaksaan, bukan keuntungan yang dapat diperolehnya.
Agroforestry modern hanya melihat kombinasi antara tanaman keras atau pohon komersial dengan tanaman sela terpilih. Dalam agroforestry modern, tidak terdapat lagi keragaman kombinasi yang tinggi dari pohon yang bermanfaat atau juga satwa liar yang menjadi bagian terpadu dari sistem tradisional. Sedangkan agroforestry klasik atau tradisional sifatnya lebih polikultur dan lebih besar manfaatnya bagi masyarakat setempat dibandingkan agroforestry modern (Thaman, 1988).
Pada waktu itu jarang sekali disinggung oleh para ahli tentang aspek positif konservasi tanah dari pelaksanan sistem taungya. Tujuan taungya hanyalah pembangunan hutan (dengan pemikiran bahwa keberadaan hutan dapat melindungi produktivitas tanah) dan mengeluarkan petani secepatnya dari hutan. Sedangkan problema pengaruh manusia terhadap erosi tanah tidak pernah terlintas dalam pemikiran rimbawan pada waktu itu (King, 1987). Pada waktu itu, ada empat pertimbangan dalam kaitannya dengan hal tersebut:
1. Hutan negara dianggap tidak bisa diganggu gugat.
2. Ancaman/gangguan terhadap kawasan hutan sebagian besar dianggap berasal dari para petani, khususnya melalui praktek perladangan berpindah.
3. Ada anggapan bahwa lebih menguntungkan mengganti hutan-hutan alam yang terlantar atau yang kurang menghasilkan dengan hutan tanaman.
4. Pembangunan hutan tanaman merupakan niaga yang mahal, khususnya karena masa pemeliharaan yang lama.
Oleh karena itu, filosofi yang ada pada waktu itu adalah pembangunan hutan tanaman dengan memanfaatkan tenaga kerja dari para tuna karya dan tuna lahan yang ada. Sebagai imbalan, mereka diperkenankan memanfaatkan lahan-lahan di sela-sela anakan tanaman kehutanan untuk bercocok tanam atau aktivitas pertanian. Penjabaran selanjutnya dari sistem taungya tentu saja berbeda di masing-masing negara atau dari satu daerah ke daerah lainnva. Akan tetapi apa yang diuraikan di atas adalah gambaran umum dan merupakan asal mula konsep sistem taungya.
c) Agroforestry modern
Sejak awal tahun 70-an ada pendapat yang menyatakan pentingnya peran pepohonan dalam mengatasi berbagai problema petani kecil dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, khususnya kebutuhan bahan pangan. Tujuan peningkatan produksi pangan melalui program “Revolusi Hijau” yang dilaksanakan pada waktu itu memang dapat dicapai. Akan tetapi sebagian besar petani tidak punya cukup modal untuk dapat berpartisipasi dalam program tersebut, karena besarnya biaya untuk irigasi, pemupukan, pestisida dan bahkan untuk penyediaan lahannya sendiri. Selain itu status kepemilikan lahan sebagian petani masih belum pasti.
Dilain pihak, permasalahan mengenai berkurangnya areal hutan akibat bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan Bank Dunia (world bank) menggalakkan program perhutanan-sosial (sosial forestry), yang dalam pelaksanaannya dirancang khusus untuk peningkatan produksi pangan dan konservasi lingkungan tanpa mengabaikan kepentingan pihak kehutanan untuk tetap dapat memproduksi dan memanfaatkan kayu.
Dari agroforestry modern ini, mulai berkembanglah beberapa hal mengenai agroforestry, baik pada lembaga penelitian, pola pemikirang, sampai konsep-konsep mengenai sistem agroforestry ini. Dalam aplikasinya, sistem agroforestry memiliki sasaran dan tujuan.
1. Sasaran dan Tujuan Agroforestry
Sebagaimana pemanfaatan lahan lainnya, agroforestry dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agroforestry diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah pengembangan pedesaan dan seringkali sifatnya mendesak. Agroforestry utamanya diharapkan dapat membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat. Sistem berkelanjutan ini dicirikan antara lain oleh tidak adanya penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu dan tidak adanya pencemaran lingkungan. Kondisi tersebut merupakan refleksi dari adanya konservasi sumber daya alam yang optimal oleh sistem penggunaan lahan yang diadopsi.
Dalam mewujudkan sasaran ini, agroforestry diharapkan lebih banyak memanfaatkan tenaga ataupun sumber daya sendiri (internal) dibandingkan sumber-sumber dari luar. Di samping itu agroforestry diharapkan dapat meningkatkan daya dukung ekologi manusia, khususnya di daerah pedesaan. Untuk daerah tropis, beberapa masalah (ekonomi dan ekologi) berikut menjadi mandat agroforestri dalam pemecahannya (von Maydell, 1986):
a. Menjamin dan memperbaiki kebutuhan bahan pangan:
– Meningkatkan persediaan pangan baik tahunan atau tiap-tiap musim; perbaikan kualitas nutrisi, pemasaran, dan proses-proses dalam agroindustri.
– Diversifikasi produk dan pengurangan risiko gagal panen.
– Keterjaminan bahan pangan secara berkesinambungan.
b. Memperbaiki penyediaan energi lokal, khususnya produksi kayu bakar:
Suplai yang lebih baik untuk memasak dan pemanasan rumah (catatan: yang terakhir ini terutama di daerah pegunungan atau berhawa dingin)
c. Meningkatkan, memperbaiki secara kualitatif dan diversifikasi produksi bahan mentah kehutanan maupun pertanian:
– Pemanfaatan berbagai jenis pohon dan perdu, khususnya untuk produk-produk yang dapat menggantikan ketergantungan dari luar (misal: zat pewarna, serat, obat-obatan, zat perekat, dll.) atau yang mungkin dijual untuk memperoleh pendapatan tunai.
– Diversifikasi produk.
d. Memperbaiki kualitas hidup daerah pedesaan, khususnya pada daerah dengan persyaratan hidup yang sulit di mana masyarakat miskin banyak dijumpai:
– Mengusahakan peningkatan pendapatan, ketersediaan pekerjaan yang menarik.
– Mempertahankan orang-orang muda di pedesaan, struktur keluarga yang tradisional, pemukiman, pengaturan pemilikan lahan.
– Memelihara nilai-nilai budaya.
e. Memelihara dan bila mungkin memperbaiki kemampuan produksi dan jasa lingkungan setempat:
– Mencegah terjadinya erosi tanah, degradasi lingkungan.
– Perlindungan keanekaragaman hayati.
– Perbaikan tanah melalui fungsi ‘pompa’ pohon dan perdu, mulsa dan perdu.
– Shelterbelt, pohon pelindung (shade trees), windbrake, pagar hidup (life fence).
– Pengelolaan sumber air secara lebih baik.
Tujuan tersebut diharapkan dapat dicapai dengan cara mengoptimalkan interaksi positif antara berbagai komponen penyusunnya (pohon, produksi tanaman pertanian, ternak/hewan) atau interaksi antara komponen-komponen tersebut dengan lingkungannya.
Dalam kaitan ini ada beberapa keunggulan agroforestri dibandingkan sistem penggunaan lahan lainnya, yaitu dalam hal:
A. Produktivitas (Productivity)
Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa produk total sistem campuran dalam agroforestry jauh lebih tinggi dibandingkan pada monokultur. Hal tersebut disebabkan bukan saja keluaran (output) dari satu bidang lahan yang beragam, akan tetapi juga dapat merata sepanjang tahun. Adanya tanaman campuran memberikan keuntungan, karena kegagalan satu komponen/jenis tanaman akan dapat ditutup oleh keberhasilan komponen/jenis tanaman lainnya.
B. Diversitas (Diversity)
Adanya pengkombinasian dua komponen atau lebih daripada sistem agroforestry menghasilkan diversitas yang tinggi, baik menyangkut produk maupun jasa. Dengan demikian, dari segi ekonomi dapat mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi harga pasar. Sedangkan dari segi ekologi dapat menghindarkan kegagalan fatal pemanen sebagaimana dapat terjadi pada budidaya tunggal (monokultur).
C. Kemandirian (Self-regulation)
Diversifikasi yang tinggi dalam agroforestry diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, dan petani kecil dan sekaligus melepaskannya dari ketergantungan terhadap produk-produk luar. Kemandirian sistem untuk berfungsi akan lebih baik dalam arti tidak memerlukan banyak input dari luar (a.l. pupuk, pestisida), dengan diversitas yang lebih tinggi daripada sistem monokultur
D. Stabilitas (Stability)
Praktek agroforestri yang memiliki diversitas dan produktivitas yang optimal mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang pengusahaan lahan, sehingga dapat menjamin stabilitas (dan kesinambungan) pendapatan petani.
2. Jenis Agroforestry
Agroforestry secara sederhana yaitu menanam pepohonan di areal pertanian. Agroforestry sendiri dapat dibagi menjadi 2, yaitu agroforestry sederhana dan agroforestry kompleks.
a) Agroforestry sederhana
Sistem agroforestry sederhana adalah suatu sistem pertanian di mana pepohonan ditanam secara tumpangsari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar.

b) Agroforestry kompleks
Sistem agroforestry kompleks, adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis pepohonan (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem yang menyerupai hutan. Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah banyak.
Penciri utama dari sistem agroforestry kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini dapat pula disebut sebagai agroforest (ICRAF, 1996).

Penutup
Agroforestry merupakan suatu sistem dengan menggabungkan beberapa komponen hutan dengan komponen pertanian, sehingga sistem ini dapat berperan untuk memperbaiki kondisi lingkungan secara global maupun spesifik serta dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku/ petani agroforestry.
Sistem agroforestry muncul dari beberapa tahapan, yaitu fase agroforestry klasik, pra-agroforestry modern, dan agroforestry modern. Sehingga, bisa dikatakan agroforestry merupakan ilmu baru dengan tehnik lama.
Pada dasarnya sistem agroforestry dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serrta untuk melestarikan lingkungan. Oleh karena itu, pengembangan agroforestry diharapkan dapat memecahkan beberapa masalah sosial dan lingkungan.
Sistem agroforestry ini terbagi menjadi 2, yaitu agroforestry sederhana dan agroforestry kompleks.

DAFTAR PUSTAKA

Hairiah K., Mustofa Agung Sardjono, Sambas Sabarnurdin. Pengantar Agroforestry. http://www.worldagroforestry.org/SEA/Publications/files/lecturenote /LN0001-04.PDF. diakses pada tanggal10 september 2008.
Pambudi,Agung.2008.Agroforestry. http://www.bpdas-jeneberang.net/index.php? option=com_content&task=view&id=30&Itemid=51.diakses pada tanggal 10 september 2008.

 

my neW bLo9 December 31, 2008

Filed under: Uncategorized — hijauqoe @ 6:38 pm

hemmm…akhirnya aku punya bLo9 baru di wordpress… atas terbitnya bLo9 ini aku mau ngucapin terimakasih bUat staf kU _deDe_ yang membantu atas lahirnya bLo9 ini… thank you dD…
buat semuanya..kunjungi bLo9 aku yah…di hijauqoe.wordprss.com